Mental Kaya VS Mental Kere
Alkisah, ada seorang wanita setengah baya 'miskin' (sekali lagi saya katakan, 'miskin') yang berjualan roti goreng di depan sebuah kampus ternama. Datanglah seorang pemuda dengan membawa motor Ninjanya (hemb... Kayaknya anak orang kaya nih) dan berniat untuk membeli roti goreng tersebut.
"Berapa harga per bungkusnya, bu?" Tanya si pemuda.
"Rp10.000, anak muda." Jawab si penjual.
"Wah... Mahal banget... Bisa kurang gak, bu? "Tanya si pemuda.
Mendengar hal itu, si penjual tersenyum seraya berkata, "Ambil saja, anak muda."
"Beneran nih, bu? Terima kasih ya." Ujar si pemuda sambil berlalu.
Dan semenjak saat itu, si pemuda tersebut lebih sering datang kepada si penjual roti tersebut. Tentu anda sekalian tahu apa tujuan kedatangannya, tentu saja mengharapkan dapat sebungkus roti goreng gratis.
Jama'ah muslimin yang dirahmati oleh Alloh... (eh bung, yang benar saja, ini bukan khutbah Jum'at!)
Apakah anda sekalian bisa menebak, antara si penjual dengan si pemuda tersebut, siapakah di antara mereka yang memiliki MENTAL KAYA? Tentu saja si penjual! Why?
Ternyata si penjual itu adalah wanita yang faham tentang agama. Beliau mengetahui, bahwa Alloh akan melipatgandakan kebaikan bagi hamba-hambaNya yang mau untuk bersedekah, bahkan hingga 700 kali lipat! Siapa tau, dari pemberian 1 bungkus roti gorengnya yang seharga hanya Rp10.000, tiba-tiba beliau dapat rejeki nomplok sejumlah 7 juta rupiah (Aamiin...). Maka untuk itulah, si penjual tak mengeluh ketika si pemuda tersebut meminta discount darinya. Beliau niatkan pemberiannya kepada si pemuda secara GRATIS itu sebagai SEDEKAH. Nah lho! Bandingkan dengan orang KAYA yang memberikan sedekah kepada para PENGEMIS di jalanan, apa bedanya coba?
So, tanyakan diri kita masing-masing. Apakah kita sudah mencoba untuk mengasah MENTAL KAYA kita seperti yang dilakukan oleh penjual 'miskin' itu, ataukah kita masih merasa nyaman dengan MENTAL KERE kita dengan selalu mengharapkan discount (baca : sedekah) dari orang lain?
Wallohu a'lam bishowab
Owner Im Clothing
Muhammad Azam, PhG, BK
0 komentar: