Pada kisah sebelumnya, saya menceritakan tentang perjuangan seorang pemuda bernama Sholih yang menghadapi gejolak di pesantrennya. Kini saya akan ceritakan tentang Sholih yang mulai memiliki pola pikir seorang Entrepreneur dengan usianya yang belum genap 14 tahun. Oke, Cekidot!
Bermula dari mengikuti acara Islamic Book Fair di Aula Skodam Kota Baru, Malang, Sholih mengikuti acara ‘Bedah Buku’ (tentu saja tak ada buku yang masuk ke ruang operasi di acara ini) yang membahas tentang Buku ‘Guru Goblok Ketemu Murid Goblok’ karya Imam Supriyono dengan narasumbernya yakni penulis buku itu sendiri, Imam Supriyono. Acara inilah yang telah membuat Sholih memutar haluan pola pikirnya dan membuatnya berimpian menjadi seorang Entrepreneur sekaligus Investor yang sukses. Dia mendapatkan pelajaran yang begitu berharga dari acara ini. Bahwasanya setiap orang harus memikirkan tujuan mereka meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dia harus memikirkan apa manfaat yang dia dapat jika dia tekun bergulat dengan pendidikannya. Misalnya saja, sebelum masuk TK, dia belum bisa menulis dan membaca. Maka dari TK dia bisa bisa menulis dan membaca. Sebelum masuk sekolah dasar, dia belum bisa berhitung, maka dari sekolah dasar dia bisa berhitung. Dan begitulah seterusnya. Dan setiap orang dikatakan telah gagal dengan pendidikannya jika dia tak mampu tuk mengambil manfaat dari pendidikan tersebut. Maka sungguh dia akan merasa sangat rugi jika dia menghabiskan uangnya untuk pendidikan jika dia tak bisa mengambil manfaat dari pendidikannya tersebut.
3 tahun dia lalui di pesantren. Dan dia memutuskan untuk keluar dari pesantrennya. Namun sebelum dia keluar, dia sempat mendapatkan masukan-masukan tentang pentingnya menjadi pengusaha daripada lama-lama menjadi mahasiswa dari ustadz Fatahillah, seorang ustadz di pesantrennya sekaligus Kepala Sekolah Mts 1 PERSIS Bangil, Pasuruan. Maka langkahnya untuk keluar dari pesantrennya semakin mantap.
Memasuki tahun ajaran baru 2010-2011, beserta bapaknya Sholih sempat mendaftar di SMK Raden Patah, SMK Taman Siswa dan SMK 1 Kota Mojokerto. Namun pada akhirnya dia memilih untuk menjadi siswa di MAN 1 Mojokerto. Dengan bermodalkan Danem 29 lebih dan mengikuti jalur tes, Sholih berhasil menjadi salah satu dari 33 siswa terpilih untuk menghkuti belajar-mengajar di kelas unggulan di MAN 1 Mojokerto.
0 komentar: